FINANCIAL RATIO
Salah satu cara atau metode yang
biasa digunakan untuk melakukan analisis terhadap laporan keuangan adalah
dengan melakukan analisis rasio. Umumnya perhitungan rasio-rasio data keuangan
dilakukan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dimasa lalu, masa sekarang dan
perkiraan atau berbagai kemungkinan yang terjadi pada masa yang akan datang.
v
Pengertian Financial Ratio
Analisis rasio keuangan atau yang dikenal
dengan istilah financial ratio ialah
sebagai alat analisis untuk
membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan dan juga
untuk melihat atau mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai
kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam satu periode tertentu.
v
Fungsi
Financial Ratio
1. Untuk menentukan seberapa baik kinerja
perusahaan mereka untuk mengevaluasi kemana perusahaan dapat memperbaiki diri.
Misalnya, jika perusahaan memiliki margin kotor yang rendah, manajer dapat
mengevaluasi bagaimana meningkatkan margin kotor mereka.
2. Untuk melihat apakah perusahaan itu investasi
yang bagus. Dengan membandingkan rasio keuangan antara perusahaan dan antar
industri, investor dapat lebih menentukan investasi terbaik.
v
Jenis-jenis
Financial Ratio
Ø Earning Ratio / Rasio Penghasilan
Earning
Ratio, atau disingkat P/E Ratio adalah alat utama penghitungan harga saham
suatu perusahaan dibandingkan dengan pendapatan perusahaan.
Formula
untuk menghitung P/E Ratio adalah :
P/E Ratio = Harga Saham /
Earning Per Share
Hasil ini
mengindikasikan berapa besar investor bersedia membayar setiap rupiah atas
pendapatan perusahaan tersebut. Pada umumnya, investor lebih senang memilih
saham dengan P/E Ratio rendah. Semakin rendah P/E Ratio suatu saham, semakin
murah saham saham tersebut sehubungan dengan pendapatan perusahaan.
1. Dividend
Per Share / Dividen Per
Lembar Saham
Dividend
Per Share (DPS) adalah bagian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang
saham yang jumlahnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.
Besarnya
dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus :
DPS = Total dividen yang dibagikan / Jumlah Lembar
saham yang beredar
2.
Earning Per Share / Laba
Per Lembar Saham
Earning Per Share (EPS) adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham yang beredar. Informasi
ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain
itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Laba
per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
EPS = Laba
Bersih Setelah Pajak / Jumlah Lembar Saham Yang Beredar
3.
Revenue Per Share /
Pendapatan Per Lembar Saham
Revenue Per Share (RPS) adalah jumlah pendapatan atas saham biasa yang
beredar. Meningkatkan pendapatan per saham (RPS) dari waktu ke waktu adalah
pertanda baik, karena itu berarti setiap saham sekarang memiliki klaim untuk
pendapatan lebih banyak.
Pendapatan Per Lembar Saham dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Sales Per Share = (Penjualan- Diskon dan Pengembalian) / Saham
Beredar
4.
Book Value Per Share /
Nilai buku per lembar saham
Nilai
buku per lembar saham atau Book Value Per Share adalah jumlah rupiah yang
menjadi milik tiap-tiap lembar saham dalam modal perusahaan. Nilai buku ini
adalah jumlah yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham pada waktu pembubaran
(likuidasi) perusahaan bila aktiva dapat dijual sebesar nilai bukunya.
Nilai
buku per lembar saham atau Book Value Per Share dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Book Value Per Share = Jumlah Modal Perusahaan / Jumlah
Lembar Saham Yang Beredar
5.
Cash Flow Per Share / Arus
kas per saham
Yang dimaksud dengan cash
flow per share ialah aliran kas sebuah perusahaan dibagi dengan jumlah saham
yang beredar. Semakin besar angka ini artinya perusahaan tersebut semakin
sehat. Karena jumlah kas yang ada di perusahaan tersebut dapat menutupi semua
saham yang beredar. Ini umumnya cukup sulit tercapai jika perusahaan tersebut
selalu menjual secara kredit. Karena walaupun aset ataupun keuntungan yang
tercatat di pembukuan jumlahnya besar, namun kenyataannya sebagian kas belum
ada di tangan perusahaan tersebut. . Nilai Arus kas per saham / 5. Cash Flow Per Share dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :
Cash Flow Per Share = (Arus Kas Operasi - Dividen Pilihan) / Saham
Biasa Beredar
6.
Cash Equivalent Per
Share / setara kas per lembar
Cash Equivalent Per Share
adalah aset lancar yang paling likuid yang ditemukan pada neraca bisnis. Setara
kas adalah komitmen jangka pendek "dengan kas menganggur sementara dan
mudah dikonversi menjadi jumlah uang tunai yang diketahui". Investasi
biasanya dihitung sebagai setara kas ketika memiliki jangka waktu pendek 90
hari atau kurang, dan dapat dimasukkan ke dalam saldo kas dan setara kas dari
tanggal akuisisi ketika ia membawa risiko tidak signifikan dari perubahan dalam
nilai aset. Nilai setara kas per lembar / Cash Equivalent Per Share dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut :
Perubahan CEPS = Akhir Tahun Kas dan Setara Kas -
Awal Tahun Kas dan Setara Kas.
Nilai Kas dan Setara Kas pada akhir periode = Arus
Kas Bersih + Nilai CEPS pada periode awal
7.
Net Assest Per Share / Nilai
aset bersih per saham
Nilai
aset bersih per saham (NAVPS) adalah ekspresi untuk nilai aset bersih yang
mewakili nilai per saham dari reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa
(ETF) atau dana tertutup. Ini dihitung dengan membagi total nilai aset bersih
dari dana atau perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Rumus untuk NAVPS
hanyalah:
NAPS = Nilai Aset Bersih (NAV) / Jumlah Saham Beredar
Ø Valuatio Ratio / Rasio
penilaian
Rasio penilaian
atau
valuation ratio, dimana
rasio ini memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar
usahanya diatas biaya investasinya. Rasio ini merupakan ukuran kegiatan yang
paling lengkap karena rasio ini mencerminkan rasio resiko (likuiditas dan
solvabilitas) dan rasio pengembalian (aktifitas, profitabilitas dan
pertumbuhan). Rasio penilaian ini penting sekali karena hubungannya dengan
tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham.
1.
Price To Earning Ratio / Rasio
penghasilan harga
Price To Earning Ratio, atau
disingkat P/E Ratio adalah alat utama penghitungan harga saham suatu perusahaan
dibandingkan dengan pendapatan perusahaan. Pada umumnya, investor lebih senang
memilih saham dengan P/E Ratio rendah. Semakin rendah P/E Ratio suatu saham,
semakin murah saham saham tersebut sehubungan dengan pendapatan perusahaan.
Formula
untuk menghitung P/E Ratio adalah :
P/E
Ratio = Harga Saham / Earning Per Share
2.
Price
to Sales Ratio / Rasio Harga Terhadap Penjualan
Rasio Harga terhadap Penjualan ini adalah rasio keuangan yang
membandingkan harga saham perusahaan dengan penjualan tahunannya. Price to
Sales Ratio ini biasanya juga digunakan untuk penilaian saham atau umumnya
disebut dengan istilah Rasio Valuasi Investasi atau Rasio Valuasi Saham.
Rumus
Price to Sales Ratio:
Price
to Sales Ratio = Harga per Saham / Pendapatan
per Saham
3.
Price Book Value / Harga nilai buku
Book
value atau nilai buku adalah nilai dari ekuitas dibagi jumlah saham yang ada.
Bisa dikatakan book value adalah nilai ekuitas per saham. Ekuitas itu sendiri
didapatkan dari selisih jumlah aset dikurangi liabilitas. Secara teori ini
adalah nilai yang akan didapatkan oleh pemilik saham bila perusahaan
dilikuidasikan. Jadi nilai book value sangat berarti untuk melihat imbal hasil
dari investasi. Rumus Price Book Value:
Rasio P / B = harga pasar per saham / nilai buku per saham
4.
Price Cash Flow Ratio / Rasio harga aliran
kas
Rasio harga aliran
kas (price cash flow ratio) digunakan investor untuk mengevaluasi daya tarik
investasi, dari sudut pandang sebuah saham perusahaan. Pengukuran ini
membandingkan harga pasar saham terhadap jumlah aliran kas yang dihasilkan per
saham perusahaan. Rumus Price Cash
Flow Ratio :
Price
Cash Flow Ratio = Harga Saham per Saham / Arus Kas Operasi per
Saham
Ø Profitability
Ratio / Rasio
Profitabilitas
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu.
1. Dividend Payout Ratio / Rasio Pembayaran Dividen
Dividend Payout Ratio / Rasio
pembayaran dividen adalah rasio dari jumlah total dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham relatif terhadap laba bersih perusahaan. Rumus Dividend Payout Ratio :
Dividend Payout Ratio = Dividen tahunan per saham /
Laba per saham
2. Gross
Profit Margin / Margin Laba Kotor
Margin
laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor
terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi
oleh laporan arus kas memaparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan
dengan pertimbangan biaya yang terpakai untuk memproduksi produk atau jasa.
Rumus Gross Profit Margin :
Gross Profit Margin = (laba kotor/ total
pendapatan) x 100%
3. Net
Profit Margin / Margin Laba Bersih
Net profit margin atau margin laba
bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang
didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari
penjualan. Margin laba bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini
mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net
profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung
dengan rumus :
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak /
Penjualan
4. Earning
Before Taxing / Penghasilan sebelum pajak
Penghasilan sebelum pajak (EBT)
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Perhitungannya adalah pendapatan
dikurangi biaya, tidak termasuk pajak. EBT adalah item baris pada laporan laba
rugi perusahaan. Ini menunjukkan pendapatan perusahaan dengan harga pokok
penjualan (COGS), bunga, depresiasi, biaya umum dan administrasi, dan biaya
operasi lainnya yang dipotong dari penjualan kotor. Rumus EBT :
EBT = pendapatan
– biaya
5. Return on Equity Ratio
/ Rasio Pengembalian Ekuitas
Return on Equity Ratio (ROE) merupakan
rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam
persentase. Rumus ROE :
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak / Ekuitas Pemegang saham
6. Return on Assets Ratio
/ Rasio Pengembalian Aset
Tingkat pengembalian aset merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh
perusahaan terkait sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu
perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini.
Rumus Rasio Pengembalian Aset :
ROA = Laba Bersih / Total Aset
Ø
Liquidity ratio / Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban hutang jangka
pendeknya saat jatuh tempo. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo.
1.
Debt to Equity Ratio / Rasio Hutang Terhadap
Ekuitas
Debt to Equity Ratio atau
dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Hutang terhadap Ekuitas atau Rasio
Hutang Modal adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan proporsi relatif
antara Ekuitas dan Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan.
Rumus DER :
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang / Ekuitas
2.
Book Value Per Share /
Nilai buku per lembar saham
Nilai
buku per lembar saham atau Book Value Per Share adalah jumlah rupiah yang
menjadi milik tiap-tiap lembar saham dalam modal perusahaan. Nilai buku ini
adalah jumlah yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham pada waktu pembubaran
(likuidasi) perusahaan bila aktiva dapat dijual sebesar nilai bukunya.
Nilai
buku per lembar saham atau Book Value Per Share dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Book Value Per Share = Jumlah
Modal Perusahaan / Jumlah Lembar Saham Yang Beredar
Referensi :